Judul: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI SUB POKOK BAHASAN ATURAN SINUS COSINUS DAN LUAS SEGITIGA PADA KELAS X-2 DI XXX
Dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan kuantitatif yang menggembirakan. Jumlah sekolah makin bertambah. Jumlah anak-anak yang memasuki sekolah juga bertambah. Demikian pula daya serap sekolah terhadap anak usia sekolah makin meningkat. Ini semua menunjukkan adanya perkembangan kuantitatif yang makin baik. Namun perkembangan kuantitatif tersebut belum dapat diimbangi oleh perkembangan secara kualitatif. Kualitas lulusan di hampir semua jenjang pendidikan menunjukkan belum baku mutu seperti yang diharapkan.
Rendahnya kualitas lulusan antara lain diperlihatkan oleh masih rendahnya rata-rata prestasi belajar siswa untuk hampir semua mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus besar bahasa Indonesia 1989:700). Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa mencerminkan tinggi rendahnya kualitas lulusan dari suatu lembaga pendidikan .
Prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor., tanpa mengurangi atau meniadakan peran dan fungsi unsur yang lain, guru merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan, karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan penting tentang pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijaksanaan, sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana hal itu dilaksanakan dalam situasi atau proses belajar mengajar di kelas. Adapun faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah: 1) tujuan pembelajaran, 2) motivasi siswa, 3) guru, 4) materi pembelajaran, 5) metode yang digunakan, 6) media, 7) evaluasi, dan 8) situasi lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, faktor guru, metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan, fasilitas yang tersedia, kondisi-kondisi internal siswa seperti: tingkat kemampuan awal, minat belajar dan motivasi belajar sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Faktor kekurangtepatan dalam memilih metode pembelajaran masih sering dijumpai dilapangan yang ditengarai dengan masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar secara terus menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak optimal.
Demikian pula halnya pembelajaran matematika di SMA menunjukkan masih dijumpainya kesulitan-kesulitan para siswa dalam mempelajarinya, kondisi ini terjadi juga di SMA Masehi I PSAK. Disamping kesulitan-kesulitan diatas kondisi raw input siswa yang masuk dikelas X-2 dibanding kelas X-1 memiliki raw input yang lebih rendah dan hasil prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran matematika kelas X-2 semester 1 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan yaitu rata-rata kelas 51 dengan nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 38 sedangkan nilai SKBM adalah 55, ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika rendah.
Tujuan umum pembelajaran matematika seperti yang tertulis dalam panduan umum pembelajaran Matematika Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA 2004 mensyaratkan tujuan pembelajaran matematika adalah:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Pada pengajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kekhasan pokok bahasan/subpokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa. Pada pokok-pokok bahasan tertentu, antara lain pokok bahasan trigonometri, banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya, misalnya pada subpokok bahasan aturan sinus, cosinus dan luas segitiga. Hal ini berakibat masih rendahnya prestasi belajar untuk pokok bahasan trigonometri pada sebagian besar siswa.
Salah satu penyebab kesulitan belajar siswa dalam belajar trigonometri adalah karena belum semua guru mampu memilih pendekatan atau metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk pokok bahasan tersebut. Misalnya, pada pembelajaran aturan sinus, cosinus dan luas segitiga digunakan metode ceramah yang dilanjutkan tanya jawab dan diskusi (biasa dikenal dengan metode konvensional). Hal ini kurang tepat dalam pemilihan metode karena ketrampilan dan keaktifan siswa kurang dioptimalkan sehingga penanaman konsep aturan sinus, cosinus dan luas segitiga masih kabur. Kadangkala para guru sendiri belum menguasai berbagai jenis metode pembelajaran yang tepat untuk masing-masing pokok bahasan. Akibatnya, terdapat kecenderungan penggunaan metode pembelajaran yang bersifat monoton, yaitu guru menggunakan metode yang hampir sama pada setiap materi. Hal ini belum tentu sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk masing-masing pokok bahasan. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran trigonometri. Metode konvensional yang sering digunakan adalah kombinasi metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Kenyataan lain yang sering dijumpai adalah masih adanya guru yang tidak merasa siap, mereka merasa kurang menguasai materi tersebut sehingga berusaha menghindarinya. Bagi mereka yang bersedia mengajarkan namun kurang menguasai materi tersebut barakibat kurangnya kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat.
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pokok bahasan trigonometri adalah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Cooperative learning tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins (Nurhadi,2004:116).. Dengan pendekatan atau metode ini para siswa didorong lebih aktif belajar. Pembelajaran trigonometri dengan pendekatan seperti ini diharapkan dapat memberi kesempatan para siswa berlatih secara tekun dalam memecahkan soal-soal sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh penguasaan materi berdasarkan proses yang melibatkan mereka secara aktif.
Berdasarkan latar belakang seperti yang diutarakan di atas, menunjukkan bahwa perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran trigonometri khususnya pada Sekolah Menengah Atas .
1. Masih rendahnya rata-rata prestasi belajar meratanya penguasaan metode atau model pembelajaran untuk berbagai pokok Belum bahasan, khususnya model pembelajaran cooperative learning tipe STAD untuk pokok bahasan trigonometri.
2. siswa untuk mata pelajaran matematika.
3. Masih belum meratanya kualitas atau kemampuan guru matematika dalam memilih metode atau pendekatan pembelajarn yang tepat.
4. Masih terbatasnya sarana dan fasilitas sebagai media pembelajaran matematika.
5. Belum optimalnya upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk menuntaskan pembelajaran siswa dalam pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan seseorang dalam rangka memperoleh suatu kepandaian/ pengetahuan.
Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi.
Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.
Secara keseluruhan maksud dari “Usaha meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus kosinus dan luas segitiga di kelas X-2” dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kegiatan belajar dimana seorang guru menyampaikan persoalan/permasalahan aturan sinus kosinus dan luas segitiga kepada siswa dan membimbing siswa untuk meyelesaikan persoalan/ permasalahan sendiri.
1. Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam menyelesaikan soal Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga dengan menggunakan metode cooperative learning tipe STAD pada siswa kelas X-2 Semester II SMA Masehi I PSAK Semarang Tahun Ajaran 2006/2007
2. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan metode cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 Semester II SMA Masehi I PSAK Semarang Tahun Ajaran 2006/2007
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan teori pembelajaran matematika dan strategi/pendekatan/metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya untuk materi-materi yang dianggap sulit oleh siswa Sekolah Menengah Atas seperti pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi para guru Matematika di Sekolah Menengah Atas dalam pembelajaran seperti pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga., antara lain:
1. Guru dapat menerapkan dan memilih metode pengajaran yang tepat untuk proses pembelajaran matematika.
2. Guru dapat meningkatkan aktivitas belajar anak didiknya dengan memakai metode pembelajaran yang sesuai.
3. Dengan memilih metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membantu peningkatan prestasi belajar matematika yang optimal.
4. Sekolah dapat meningkatkan kualitas output pendidikan, terutama pada mata pelajaran matematika.
Bab Pendahuluan (Bab I) memberi petunjuk dan arah pembicaraan skripsi ini yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini. Landasan Teori dan Hipotesis Tindakan (Bab II) memuat tinjauan kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Metode Penelitian (Bab III) memuat lokasi penelitian, subyek yang diteliti, prosedur kerja dalam penelitian, sumber data dan cara pengambilan data, tolok ukur keberhasilan. Hasil Penelitian dan pembahasan (Bab IV) bagian yang berisi Pelaksanaan dan hasil siklus I, pelaksanaan dan hasil pada siklus II dan pembahasan. Penutup (Bab V) bagian ini berisi simpulan dan saran dalam pembahasan sebelumnya.
Amin Suyitno, 2006. Penelitian tindakan kelas untuk menyusun skripsi (petunjuk praktis).
Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI-Universitas Terbuka.
Aiken, Lewis R. 1997. Psychological Testing and Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Bruner, Jerome S. 1977. The Process of Education. Cambridge: Harvard University Press..R.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Driscoll, Marcy P. 1994. Psychologi of Learning for Intruction. Boston: Allyn and Bacon.
Dunne Richard & Ted Wragg. 1996. Pembelajaran Efektif. Terjemahan Anwar Jasin. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Sunardi dkk, 2003.
Frans Susilo, S.J. 1998. “Matematika yang Manusiawi”. dalam Sumaji, et al. (Eds). Pendididkan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Martinus Yamin.2007. Profesionalitas guru dan implementasi KTSP: Penerbit Gaung Persada
Mohamad Nur.1999. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajarn. Surabaya: Unesa
Nurhadi.2004.Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban) : PT Gramedi.a Widia Sarana Indonesia,Jakarta,2004.
Sartono Wirodikromo.2004. Matematika SMA 2.Erlangga.
Suharsimi Arikunto. 1999.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Bina Aksara.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan inovatif. Untuk membentuk sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan jaman diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menekankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pendidikan formal yang dilakukan di sekolah-sekolah sampai sekarang tetap merupakan lembaga pendidikan utama yang merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.Dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan kuantitatif yang menggembirakan. Jumlah sekolah makin bertambah. Jumlah anak-anak yang memasuki sekolah juga bertambah. Demikian pula daya serap sekolah terhadap anak usia sekolah makin meningkat. Ini semua menunjukkan adanya perkembangan kuantitatif yang makin baik. Namun perkembangan kuantitatif tersebut belum dapat diimbangi oleh perkembangan secara kualitatif. Kualitas lulusan di hampir semua jenjang pendidikan menunjukkan belum baku mutu seperti yang diharapkan.
Rendahnya kualitas lulusan antara lain diperlihatkan oleh masih rendahnya rata-rata prestasi belajar siswa untuk hampir semua mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus besar bahasa Indonesia 1989:700). Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa mencerminkan tinggi rendahnya kualitas lulusan dari suatu lembaga pendidikan .
Prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor., tanpa mengurangi atau meniadakan peran dan fungsi unsur yang lain, guru merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan, karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan penting tentang pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijaksanaan, sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana hal itu dilaksanakan dalam situasi atau proses belajar mengajar di kelas. Adapun faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah: 1) tujuan pembelajaran, 2) motivasi siswa, 3) guru, 4) materi pembelajaran, 5) metode yang digunakan, 6) media, 7) evaluasi, dan 8) situasi lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, faktor guru, metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan, fasilitas yang tersedia, kondisi-kondisi internal siswa seperti: tingkat kemampuan awal, minat belajar dan motivasi belajar sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Faktor kekurangtepatan dalam memilih metode pembelajaran masih sering dijumpai dilapangan yang ditengarai dengan masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar secara terus menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak optimal.
Demikian pula halnya pembelajaran matematika di SMA menunjukkan masih dijumpainya kesulitan-kesulitan para siswa dalam mempelajarinya, kondisi ini terjadi juga di SMA Masehi I PSAK. Disamping kesulitan-kesulitan diatas kondisi raw input siswa yang masuk dikelas X-2 dibanding kelas X-1 memiliki raw input yang lebih rendah dan hasil prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran matematika kelas X-2 semester 1 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan yaitu rata-rata kelas 51 dengan nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 38 sedangkan nilai SKBM adalah 55, ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika rendah.
Tujuan umum pembelajaran matematika seperti yang tertulis dalam panduan umum pembelajaran Matematika Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA 2004 mensyaratkan tujuan pembelajaran matematika adalah:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Pada pengajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kekhasan pokok bahasan/subpokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa. Pada pokok-pokok bahasan tertentu, antara lain pokok bahasan trigonometri, banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya, misalnya pada subpokok bahasan aturan sinus, cosinus dan luas segitiga. Hal ini berakibat masih rendahnya prestasi belajar untuk pokok bahasan trigonometri pada sebagian besar siswa.
Salah satu penyebab kesulitan belajar siswa dalam belajar trigonometri adalah karena belum semua guru mampu memilih pendekatan atau metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk pokok bahasan tersebut. Misalnya, pada pembelajaran aturan sinus, cosinus dan luas segitiga digunakan metode ceramah yang dilanjutkan tanya jawab dan diskusi (biasa dikenal dengan metode konvensional). Hal ini kurang tepat dalam pemilihan metode karena ketrampilan dan keaktifan siswa kurang dioptimalkan sehingga penanaman konsep aturan sinus, cosinus dan luas segitiga masih kabur. Kadangkala para guru sendiri belum menguasai berbagai jenis metode pembelajaran yang tepat untuk masing-masing pokok bahasan. Akibatnya, terdapat kecenderungan penggunaan metode pembelajaran yang bersifat monoton, yaitu guru menggunakan metode yang hampir sama pada setiap materi. Hal ini belum tentu sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk masing-masing pokok bahasan. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran trigonometri. Metode konvensional yang sering digunakan adalah kombinasi metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Kenyataan lain yang sering dijumpai adalah masih adanya guru yang tidak merasa siap, mereka merasa kurang menguasai materi tersebut sehingga berusaha menghindarinya. Bagi mereka yang bersedia mengajarkan namun kurang menguasai materi tersebut barakibat kurangnya kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat.
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pokok bahasan trigonometri adalah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Cooperative learning tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins (Nurhadi,2004:116).. Dengan pendekatan atau metode ini para siswa didorong lebih aktif belajar. Pembelajaran trigonometri dengan pendekatan seperti ini diharapkan dapat memberi kesempatan para siswa berlatih secara tekun dalam memecahkan soal-soal sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh penguasaan materi berdasarkan proses yang melibatkan mereka secara aktif.
Berdasarkan latar belakang seperti yang diutarakan di atas, menunjukkan bahwa perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran trigonometri khususnya pada Sekolah Menengah Atas .
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat diidentifikasikan sejumlah masalah:1. Masih rendahnya rata-rata prestasi belajar meratanya penguasaan metode atau model pembelajaran untuk berbagai pokok Belum bahasan, khususnya model pembelajaran cooperative learning tipe STAD untuk pokok bahasan trigonometri.
2. siswa untuk mata pelajaran matematika.
3. Masih belum meratanya kualitas atau kemampuan guru matematika dalam memilih metode atau pendekatan pembelajarn yang tepat.
4. Masih terbatasnya sarana dan fasilitas sebagai media pembelajaran matematika.
5. Belum optimalnya upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk menuntaskan pembelajaran siswa dalam pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
C. Penegasan Istilah
Untuk membatasai istilah dan salah penafsiran, maka penulis perlu memberi batasan dan keterangan beberapa istilah yang penting yang dijadikan judul dalam PTK ini.1. Belajar
Belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 13). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Nana Sudjana, 1989 : 5). Aktivitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 13).Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan seseorang dalam rangka memperoleh suatu kepandaian/ pengetahuan.
2. Prestasi belajar.
Nana Sudjana (1999:22) mendefinisikan prestasi belajar adalah kemam -puan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Sementara itu, Aiken (1997 : 109) mendefinisikan prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta didik untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes.Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi.
Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.
3. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD.
STAD singkatan dari Student Teams-Achievement Division. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas. Menurut Nurhadi (2004:116) model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Menurut Mohamad Nur (1999:23) dalam STAD siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4 – 5 orang yang terdiri kelompok campur menurut tingkat kerja, jenis kelamin, suku dan ras, yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut: (1) Mengajar: Guru mempresentasikan materi pelajaran. (2) Belajar dalam tim: siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh LKS untuk menuntaskan materi pelajaran. (3) Pemberian kuis : Siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak bolek bekerja sama. (4) penghargaan: pemberian penghargaan pada siswa yang berprestasi dan tim yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis.4. Perbandingan dan fungsi Trigonometri.
Trigonometri adalah cabang ilmu ukur yang membahas aspek-aspek segitiga, adapun aspek yang diukur adalah nilai sinus, kosinus, tangen sudut dan besar sudut segitiga. Perbandingan dan fungsi Trigonometri adalah bagian materi pengajaran matematika kelas X semester 2 yang membahas mengenai nilai perbandingan Trigonometri sudut tertentu.Secara keseluruhan maksud dari “Usaha meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus kosinus dan luas segitiga di kelas X-2” dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kegiatan belajar dimana seorang guru menyampaikan persoalan/permasalahan aturan sinus kosinus dan luas segitiga kepada siswa dan membimbing siswa untuk meyelesaikan persoalan/ permasalahan sendiri.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:1. Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam menyelesaikan soal Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga dengan menggunakan metode cooperative learning tipe STAD pada siswa kelas X-2 Semester II SMA Masehi I PSAK Semarang Tahun Ajaran 2006/2007
2. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan metode cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 Semester II SMA Masehi I PSAK Semarang Tahun Ajaran 2006/2007
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat TeoritikPenelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan teori pembelajaran matematika dan strategi/pendekatan/metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya untuk materi-materi yang dianggap sulit oleh siswa Sekolah Menengah Atas seperti pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi para guru Matematika di Sekolah Menengah Atas dalam pembelajaran seperti pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga., antara lain:
1. Guru dapat menerapkan dan memilih metode pengajaran yang tepat untuk proses pembelajaran matematika.
2. Guru dapat meningkatkan aktivitas belajar anak didiknya dengan memakai metode pembelajaran yang sesuai.
3. Dengan memilih metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membantu peningkatan prestasi belajar matematika yang optimal.
4. Sekolah dapat meningkatkan kualitas output pendidikan, terutama pada mata pelajaran matematika.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 6 bab yaitu: pendahuluan, landasan teori dan hipotesis tindakan, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup.Bab Pendahuluan (Bab I) memberi petunjuk dan arah pembicaraan skripsi ini yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini. Landasan Teori dan Hipotesis Tindakan (Bab II) memuat tinjauan kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Metode Penelitian (Bab III) memuat lokasi penelitian, subyek yang diteliti, prosedur kerja dalam penelitian, sumber data dan cara pengambilan data, tolok ukur keberhasilan. Hasil Penelitian dan pembahasan (Bab IV) bagian yang berisi Pelaksanaan dan hasil siklus I, pelaksanaan dan hasil pada siklus II dan pembahasan. Penutup (Bab V) bagian ini berisi simpulan dan saran dalam pembahasan sebelumnya.
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan teori
- Belajar dan Prestasi Belajar
- Bahasan Tentang Aktivitas Belajar
- Metode Cooperative Learning tipe STAD
- Materi Belajar Trigonometri
4. Materi pembelajaran
Uraian singkat materi pembelajaran pokok bahasan Perbandingan dan Fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus, cosinus dan luas segitiga adalah menggunakan aturan sinus, cosinus dan luas segitiga dalam menyelesaikan masalah dalam segitiga.
a. Perbandingan dan fungsi trigonometri
Menurut kamus umum Matematika, trigonometri atau ilmu ukur segitiga adalah bagian dari pelajaran matematika yang mempelajari tentang hubungan-hubungan dari sisi-sisi dan sudut-sudut dari segitiga dan hubungan yang lain yang timbul dari sini, sedangkan menurut Kamus besar bahasa Indonesia trigonometri diartikan sebagai ilmu ukur mengenai sudut dan sempadan segitiga. Sehingga perbandingan dan fungsi trigonometri adalah bagian dari ilmu matematika yang mempelajari tentang hubungan-hubungan dari sisi-sisi dan sudut-sudut pada segitiga , nilai-nilai perbandingan sisi-sisi pada sudut-sudut segitiga serta hubungan yang lain.
b. Sinus dan cosinus
Menurut Sartono Wirodikromo (2004:151) mendefinisikan bahwa sinus α0 adalah nilai perbandingan antara panjang sisi dihadapan sudut α dan panjang sisi miring pada suatu segitiga siku-siku, sedangkan cosinus α0 adalah nilai perbandingan antara panjang sisi didekat sudut α dan panjang sisi miring pada suatu segitiga siku-siku.
Dalam penelitian ini akan digunakan metode cooperative learning tipe STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut
a. pertemuan 1 siklus1
1. Guru membuka pelajaran dengan salam kemudian menyampaikan semua tujuan pembelajaran aturan sinus (5 menit) yang dilanjutkan dengan memotivasi siswa agar mempelajari topik aturan sinusdengan baik dengan terlebih dahulu menggali pengetahuan awal siswa.
2. Dengan menggunakan lcd, materi aturan sinus disampaikan (10 menit)
3. Guru mendistribusikan setiap individu dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 orang dan menjelaskan tugas masing masing individu untuk saling bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk mencapai keberhasilan bersama mencapai ketuntasan belajar untuk topik aturan sinus (5 menit)
4. Guru memberikan LKS aturan sinus dan membimbing individu dan kelompok bertanggung jawab yang sama untuk menguasai materi pelajaran (30 menit). LKS aturan sinus terlampir, kemudian tiap kelompok memeriksa tugas masing-masing dengan diberikan kunci
jawaban LKS. Pemerisaan tugas ini secara silang dengan kelompok lain, untuk mendapatkan nilai.
5. Guru memberikan soal kuis aturan sinus (terlampir), tiap individu bekerja sendiri-sendiri. Kuis ini diberikan untuk mengetes penguasaan materi (20 menit). Setelah selesai siswa diberi tugas mengisi angket penelitian kegiatan siswa, sementara guru mendata keseluruhan skor yang didapat individu maupun kelompok.
6. Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok yang mendapatkan nilai > batas ketuntasan belajar.(5menit)
7. memberikan tes akhir aturan sinus berbentuk obyektif tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa
d. pertemuan 2 siklus1
1. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran aturan cosinus (5 menit) yang dilanjutkan dengan memotivasi siswa agar mempelajari topik aturan cosinus dengan baik dengan terlebih dahulu menggali pengetahuan awal siswa.
2. Dengan menggunakan lcd, materi aturan cosinus disampaikan (10 menit)
3. Guru mendistribusikan setiap individu dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 orang dan menjelaskan tugas masing masing individu untuk saling bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk mencapai keberhasilan bersama mencapai ketuntasan belajar untuk topik aturan cosinus (5 menit)
4. Guru memberikan LKS aturan sinus dan membimbing individu dan kelompok bertanggung jawab yang sama untuk menguasai materi pelajaran (30 menit). LKS aturan cosinus terlampir, kemudian tiap kelompok memeriksa tugas masing-masing dengan diberikan kunci jawaban LKS. Pemerisaan tugas ini secara silang dengan kelompok lain, untuk mendapatkan nilai.
5. Guru memberikan soal kuis aturan cosinus (terlampir), tiap individu bekerja sendiri-sendiri. Kuis ini diberikan untuk mengetes penguasaan materi (20 menit). Setelah selesai siswa diberi tugas mengisi angket penelitian kegiatan siswa, sementara guru mendata keseluruhan skor yang didapat individu maupun kelompok.
6. Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok yang mendapatkan nilai > batas ketuntasan belajar serta rangkuman aturan cosinus.
7. memberikan tes akhir aturan cosinus berbentuk obyektif tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa
c. pertemuan 1 siklus 2
1. Guru membuka pelajaran dengan salam kemudian menyampaikan semua tujuan pembelajaran luas segitiga (5 menit) yang dilanjutkan dengan memotivasi siswa agar mempelajari topik aturan sinusdengan baik dengan terlebih dahulu menggali pengetahuan awal siswa.
2. Dengan menggunakan lcd, materi luas segitiga disampaikan (15 menit)
3. Guru mendistribusikan setiap individu dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 orang dan menjelaskan tugas masing masing individu untuk saling bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk mencapai keberhasilan bersama mencapai ketuntasan belajar untuk topik luas segitiga (5 menit)
4. Guru memberikan LKS aturan sinus dan membimbing individu dan kelompok bertanggung jawab yang sama untuk menguasai materi pelajaran (30 menit). LKS luas segitiga terlampir, kemudian tiap kelompok memeriksa tugas masing-masing dengan diberikan kunci jawaban LKS. Pemerisaan tugas ini secara silang dengan kelompok lain, untuk mendapatkan nilai.
5. Guru memberikan soal kuis luas segitiga1 (terlampir), tiap individu bekerja sendiri-sendiri. Kuis ini diberikan untuk mengetes penguasaan materi (20 menit). Setelah selesai siswa diberi tugas mengisi angket penelitian kegiatan siswa, sementara guru mendata keseluruhan skor yang didapat individu maupun kelompok.
6. Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok yang mendapatkan nilai > batas ketuntasan belajar.
7. memberikan tes akhir luas segitiga berbentuk obyektif tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa
d. pertemuan 2 siklus 2
Pada dasarnya ke 2 ini membahas pengembangan rumus luas segitiga langkahnya sama dengan pertemuan 1 siklus 2
B. Kerangka Berpikir
Melalui kajian teori belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu melibatkan banyak faktor. Dan tak kalah penting penggunaan metode pembelajaran sangat berpengaruh didalam menuntaskan belajar siswa, maka penulis mencoba metode pembelajaran kooperatif STAD. Metode pembelajaran kooperatif STAD dilakukan dengan mengaktifkan siswa dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan sosialnya untuk saling bekerjasama sehingga para siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan secara bersama fakta dan konsep untuk menuntaskan belajarnya.
Proses pembelajaran konsep-konsep trigonometri dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD diduga akan lebih matang dengan adanya kerjasama secara mandiri antar anggota dalam kelompok yang melibatkan diskusi aktif sehingga perolehan dalam bentuk ketuntasan belajar siswa akan lebih baik pada pembahasan materi Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA MASEHI 1 PSAK Semarang yang implementasinya akan dilaksanakan secara kolaborasi dengan sesama guru matematika. fakta
- Konsep prestasi belajar naik
- Input rendah
- Keaktifan belajar kurang cooperative learning
- Ketrampilam sosial tipe STAD
Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Terdapat peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus kosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK,
Untuk Bab 3 dan Seterusnya Silahkan disesuaikan dengan tempat penelitian Anda.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Amin Suyitno, 2006. Penelitian tindakan kelas untuk menyusun skripsi (petunjuk praktis).
Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI-Universitas Terbuka.
Aiken, Lewis R. 1997. Psychological Testing and Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Bruner, Jerome S. 1977. The Process of Education. Cambridge: Harvard University Press..R.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Driscoll, Marcy P. 1994. Psychologi of Learning for Intruction. Boston: Allyn and Bacon.
Dunne Richard & Ted Wragg. 1996. Pembelajaran Efektif. Terjemahan Anwar Jasin. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Sunardi dkk, 2003.
Frans Susilo, S.J. 1998. “Matematika yang Manusiawi”. dalam Sumaji, et al. (Eds). Pendididkan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Martinus Yamin.2007. Profesionalitas guru dan implementasi KTSP: Penerbit Gaung Persada
Mohamad Nur.1999. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajarn. Surabaya: Unesa
Nurhadi.2004.Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban) : PT Gramedi.a Widia Sarana Indonesia,Jakarta,2004.
Sartono Wirodikromo.2004. Matematika SMA 2.Erlangga.
Suharsimi Arikunto. 1999.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Bina Aksara.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka
Share Yuk
No comments:
Post a Comment